Semarang termasuk kota tujuan
trip saya yang selalu masuk wacana aja, tapi mumpung ke Pulau Karimun Jawa
transitnya di Kota Semarang, saya nggak mau melewatkannya. Memang
saya terikat banget sama waktu hanya 1 hari 1 malam. Sulit juga mengatur waktu
keliling Kota Semarang hanya 1 hari apalagi kalau ngeteng.
Menunggu jadwal kereta peserta
open trip Karimun yang lain kita mengunjungi bangunan Lawang Sewu. Tiket Rp
10.000,-/orang dengan guide local, kami diceritakan sejarah dan diajak
berkeliling bangunan bekas kantor pusat Kereta Api Hindia Belanda ini.
Lawang Sewu yang berarti seribu
pintu dalam bahasa Jawa, terletak di persimpangan tugu muda. Bangunan kuno art
deco ini terawat dengan baik dan dibangun oleh Belanda dengan amat sangat
matang tiap detailnya.
![]() |
Pelataran dalam Lawang Sewu |
![]() |
Pohon mangga Lalijiwo di pelataran Lawang Sewu |
Saya rangkum cerita ini dari
cerita sang tour guide dan pengamatan saya (keren kan !). Saya berani klaim
perhitungan matang karena saat Belanda membangun Kantor Pusat Kereta Api ini
mereka melihat aspek geografis Kota Semarang. Kota Semarang berada di tengah
Pulau Jawa, aspek strategis itu yang menyebabkan kenapa Semarang dijadikan
Kantor Pusat Perkeretaapian Hindia Belanda.
Jaman dahulu jalur laut merupakan
transportasi paling popular antar pulau maupun luar negeri. Tanjung Mas
Semarang, menjadi pintu gerbang perdagangan Hindia Belanda di Jawa Tengah saat
itu. Untuk mendistribusikan ke sekitar pulau Jawa dibutuhkan kereta api
mengangkutnya.
Sejak dulu Semarang dikenal
banjir, tepatnya bajir rob, karena letaknya di pesisir utara pantai Laut Jawa,
maka tidak heran jika air laut seringkali membanjiri pemukiman. Bahkan saat
saya mengunjungi Semarang banjir rob tengah menggenangi jalan yang saya lewati.
Orang Semarang beralasan karena pantai yang seharusnya menjadi jalur air laut
malah dibangun pemukiman. Jadi, manusia kan yang salah !
![]() |
Mobil sempat melewati banjir rob |
Karena itulah, Belanda membangun
Lawang Sewu dengan banyak lubang dan saluran air di sekelilingnya. Konon ruang
bawah tanah yang katanya sebagai penjara juga sebagai saluran air banjir. Ya
ruang bawah tanah yang di acara TV muncul kuntilanaknya itu, beberapa waktu
terakhir sudah ditutup untuk umum.
Ada 2 pintu masuk ke ruang bawah
tanah tersebut. Hanya 1 yang dibuka dahulu, kenapa sudah ditutup ?! karena tiap
pengunjung yang masuk pasti ada saja yang kesurupan, ngeri juga ya, maka tangga
menuju ruang bawah tanah tersebut dihilangkan. Si bapak guide ini mengebu-gebu
kalau nggak setuju ruang bawah tanah ditutup, karena menurutnya berpotensi
sebagai wisata, misalnya wisata malam. Ah si bapak ada-ada aja, saya aja yang cuma
liat lorong gelap itu merinding disko, ini malah wisata malam, ya nggak apa-apa
sih, mungkin petugasnya jangan sampai capek sadarin orang kesurupan tiap waktu
tiap hari.
![]() |
pintu menuju ruang bawah tanah |
Lawang sewu nggak benar-benar
punya pintu seribu, hanya mendekati seribu. Bangunan buatan Belanda di
Indonesia identik memiliki pintu dan jendela yang tinggi dan banyak, karena
iklim Indonesia yang tropis. Selain ruang kantor yang selalu ada keran air di
tiap sudutnya, ada juga aula tempat orang-orang Belanda berpesta, ruang
pengintai di atap gedung tanpa tiang pancang, menara gedung yang diatasnya
terdapat tandon air hujan, bangunan sumur, dan toilet.
![]() |
Rangka perahu terbalik di atap dimanfaatkan sebagai tempat pengintai |
![]() |
Jendela kaca patri wanita api dan air yang sarat makna |
![]() |
Menara yang dimanfaatkan sebagai tandon air hujan |
![]() |
Tempat parkir sepeda karyawan Hindia Belanda |
Lawang Sewu juga menjadi saksi
bisu pertempuran lima hari para pejuang Indonesia dari Belanda. Beberapa
pejuang yang mati dikubur di pekarangan samping gedung, dengan bantalan kayu
kereta api sebagai penandanya. Namun, jasad pejuang tersebut sudah dipindahkan
ke Makam Pahlawan.
Ada hal menarik dari si bapak
tour guide Lawang Sewu saya, biar kelihatannya sudah tua dan lusuh tapi doi
semangat banget cerita sejarahnya bahkan kalau coba saya revisi dia nggak mau
terima :D dan doi juga pintar ambil angel foto buat tamunya dan mahir banget
mengoperasikan Iphone bahkan ngatur kami buat ikutin gaya dia. Menurut saya itu
full service si bapak sebagai tour guide, kerja tuntas memuaskan, manur nuwun
nggih pak !
![]() |
Hasil jepretan pak tour guide |
Setelah browsing tentang
penginapan murah di Semarang, Hostel Imam Bonjol jadi pilihan kami karena tersedia
1 room 4 guest Rp 300.000,-/malam . Untungnya hostel hanya 500m dari Lawang Sewu.
Terletak di Jalan Imam Bonjol Semarang, bangunan berbentuk ruko diatas
Alfamart.
Tempatnya bersih, ibu
resepsionisnya baik, kamar mandi ada 4, air mineral sepuasnya, kamar bersih dan
AC, dan tempat strategis. Karena hostel backpacker, maka jangan heran kalau
banyak bule di situ.
Setelah Isya saya beranjak ke
Simpang Lima untuk berkeliling sekalian makan malam. Jalan raya di depan hostel
saya tidak ada angkot yang langsung menuju Simpang Lima. Maka saya jalan kaki ke
depan Lawang Sewu, disana rata-rata angkot menuju ke Simpang Lima. Ada
Mikrolet, Trans Semarang, dan Shuttle gratis.
Saya memesan tahu gimbal khas
Semarang. Tahu gimbal berisi tahu putih goreng, bakwan udang, ketupat, dan kol
mentah yang semuanya diiris dan disiram kuah sambel kacang, Rp 15.000,-/porsi. Teman
saya yang lain memesan nasi kucing angkringan. Sekeliling Simpang Lima berjejer
tenda-tenda makan, tepat untuk kulineran.
![]() |
Tahu gimbal khas Semarang |
![]() |
Kami di angkringan Simpang Lima |
Kenyang, saya berkeliling Simpang
Lima, banyak penyewaan sepeda lampu warna-warni. Kami memilih duduk di bangku
taman menikmati satu malam di Simpang Lima. Tak terasa waktu menunjukan hampir
jam 22:00, kami kembali ke hostel by taksi.
Berburu Bandeng dan wingko babat
Hari ini hari terakhir saya
mengakhiri trip Karimun-Semarang. Saya hanya punya waktu setengah hari untuk
menjelajah Semarang. Memang nggak cukup, rencana mengunjungi klenteng Sam Poo
Kong tapi apa daya waktu saya terbatas.
Oiya saya sempat shuttle gratis. Mobil ini tipe Elf 12 orang, kalau
dilihat dari gambar stiker di bodi mobil ditujukan sebagai kendaraan wisata
keliling Semarang. Kami hanya menunggu di halte shuttle yang sudah disediakan
dan shuttle akan berangkat berapa pun jumlah penumpangnya. Sayangnya ini masih
uji coba, jadi rute yang dilaluinya sangat pendek sebagai shuttle wisata.
Pemkot Semarang baru berencana menambah pemberhentian wisata nanti. Oke fix
nanti saya main lagi ke Semarang.
Saat ini shuttle gratis baru
melayani pusat kuliner Batan, Jl MH Thamrin, Jl Pandanaran, Tugu Muda, dan
kembali ke Pandanaran. Shuttle beroperasi dari jam 07:00 – 22:00 WIB dan kendaraan
ini terbilang masih baru. Ya Pak Ganjar, gambar shuttlenya gereja blenduk Kota
Lama, tapi shuttlenya nggak sampai sana L.
![]() |
Shuttle bus gratis |
Apalagi kalau bukan Bandeng dan
wingko yang kami borong untuk keluarga dan rekan kantor. Secukupnya aja sih
biar nggak dibilang pelit, kalau aja orang tahu kalau namanya ngetrip atau
traveling itu butuh finansial yang nggak sedikit juga, biar kata temanya backpakeran.
(malah curhat)
Pusat oleh-oleh banyak berjejer
di sepanjang jalan pandanaran. Shuttle gratis juga berhenti di sini.
Saya terasa dikejar waktu, karena
kereta berangkat jam 19:25. Si ibu hostel baik hati mengijinkan ransel kami
dititipkan di meja resepsionisnya. Daripada kami belanja oleh-oleh sambil
gendong ransel.
Rutinitas harian memanggil kami
sebagai pegawai teladan, saya pamit untuk penutup yang manis di Kota Semarang.
Menuju Stasiun Semarang Tawang yang nggak kalah eksotis bangunannya dan bikin
kangen.
FYI :
Hostel Imam Bonjol
Jl Imam Bojol 177B (alfamart)
Semarang
500m dari Lawang Sewu