Entri Populer

Kamis, 11 April 2013

APA AKU BAHAGIA ?!


Sebenarnya apa yang orang cari dari kehidupan ini?!
Kebahagian, kesenangan, uang, cinta, atau apa. Kalau orang sudah memperoleh itu semua atau salah satunya, apa artinya dia sudah mendapat apa yang mereka cari?!
Sesederhana itukah?! Tapi aku rasa tidak, tidak sesederhana itu.

Merunut sifat manusia yang tidak pernah puas dan penasaran, bukan hanya pada hal baru bahkan yang lalu.
Seseorang yang berasal dari keluarga baik-baik dan tanpa konflik, memiliki prestasi pendidikan dan karir yang cemerlang, ditambah inner dan outner yang menawan, dan memperoleh siklus hidup yang normal dan terarah. Menikah dengan jodoh yang tepat, memiliki anak yang tumbuh besar dengan sempurna, dan karir seperti ilmu padi yang semakin cemerlang. Bukankah kesenangan, uang, cinta, dan kebahagian sudah mereka dapat?! Sesempurna itu hidup, lalu, apa manusia benar-benar mendapat kebahagian yang sebenarnya?! Kutanyakan pada diriku, ku jawab “IYA” namun dengan ragu. Bagaimana dengan kalian?!

Apa kalian benar-benar merasa bahagia yang sebenarnya?! Tanya hati ini, dia tidak akan pula menjawab namun MERASA.

Punya uang banyak dan pasangan yang sempurna, apa itu namanya bahagia?! Itu hanya salah satu cara manusia mencoba bahagia.

Tapi saya setuju, bagi mereka yang melihat kebahagian ada saat melihat wajah anak dan orangtua mereka. Tapi, wajah itu hanya obat, obat pengalihan manusia dari penat.

Pernahkah kita menanyakan pada orangtua, pasangan, dan diri sendiri, apa kalian/aku bahagia?! Bahagia sesaat atau hanya mencoba bahagia?!

Bahagia itu semu. Bahagia itu tidak memiliki takar pasti. Bahagia itu milik siapapun yang mencoba BERSYUKUR. Yap, bersyukur menjadi jawaban apa itu kebahagian.
Lewat bersyukur Tuhan mengajarkan manusia mengontrol kebahagian, tidak lebih dan tidak kurang. Nikmati prosesnya dan Syukuri hasilnya, itulah skenario Tuhan.

Senin, 08 April 2013

INI TENTANG CINTA


Cinta itu misteri. Hidup itu drama. Hidup ini pesakitan bagi kita yang menjalaninya dan lelucon bagi yang menyaksikannya. Terbahak kita menonton drama orang lain, tapi terhina kita melakoni drama ini.
Cinta, menguji kita dalam drama ini. Cinta, bumbu termanis sekaligus terpahit dalam drama ini. Cinta, malaikat sekaligus iblis dalam drama ini.

Cinta, mencoba merasuk jiwa sang lakon, memberi setetes indah. Ia menghadirkan senyum, menggetarkan melodi detak jantung, tubuh pun bersinergi dengan semua organ vital di dalamnya. Oksigen menyergap tiap aliran darah, selaksa berdiri di padang rumput tanpa ujung, aroma wangi bunga membius sang lakon pada harapan “masih ada sang surya yang setia”.
Lalu sang lakon berceloteh merdu, “Aku bisa melangkah seringan ini, cinta”;
“Cinta, membuatku lebih bahagia”;
“Cinta, kau membuatku lebih bermakna”;
“Cinta, kau bagian dari hidup, jiwa, dan hatiku”; dan… cinta oh cinta.
Tiba-tiba HATI menjadi organ yang paling ekstra bekerja melebihi OTAK. Cinta melumpuhkan logika, percayalah itu benar adanya. Karena cinta lebih tahu dimana titik kelemahan si sang lakon.

Cinta tidak jahat. Cinta tidak pernah memilih sang lakon. Justru sang lakon lah yang secara tidak sadar membawa cinta di dalam dirinya.
Cinta menjadi jahat kala ia membutakan sang lakon. Ia menjadi jahat kala HATI lebih berkuasa ketimbang OTAK. Ia menjadi jahat kala setetes indah itu telah menjadi ketakutan. Detak jantung tak lagi seirama, sesak menyergap tiap sela pembuluh darah, dan tubuh pun tak lagi bersinergi satu sama lain selaksa berdiri di padang pasir tandus tanpa ujung, aroma bangkai dan hawa panas menyadarkan sang lakon pada kenyataan “masihkah ada sang surya?”.
Lalu sang lakon berceloteh bingung, “Mengapa langkahku menjadi tertatih?!”;
“Mengapa kau membuatku sedih, cinta?!”;
“Dimana kau saat aku sekarat ini, cinta?!”; dan… cinta terdiam.
Nila setitik itu bereaksi menjadi pesakitan. Pesakitan itu pun mulai melumpuhkan HATI sang lakon.

Tapi, sekali lagi, cinta tidak jahat. Cinta pula menjadi penawar pesakitan itu. Sekali cinta merasuk tubuh, percayalah cinta tak kan pernah meninggalkan sang lakon. Cinta menjadi bagian jiwa drama sang lakon. Namun cinta sudah tertakdir memiliki siklus seperti itu, seperti drama, dan sang lakon tidak diberi kesempatan untuk tidak memilih cinta.

Drama ini benar-benar indah, walau sang lakon dalam pesakitan sekalipun. Aku, dan aku tidak pernah menyesal sedikit pun berada di drama ini. Sedikitpun aku tidak membenci cinta. Jujur aku tak ingin cinta hilang dari bagian dramaku ini. Drama ini membuatku mendapat peran utama sebagai sang lakon cinta. Bukan sebagai Cinderella yang menderita lalu bahagia, bukan serigala kerudung merah yang licik lalu kalah, tapi sebagai perempuan yang bahagia lalu bahagia.

Saat segala upaya telah dilalui, dijalani, dan dilakoni namun cinta membuatmu lelah, ikhlas-lah… biar Allah yang campur tangan, maka, itulah CINTA.

(ditulis 16 November 2012)

MALAIKAT TAK BERSAYAP


Percayakah kalian pada malaikat tak bersayap?!
Dia bukan malaikat dari langit yang menyamar jadi manusia.
Dia bukan malaikat yang punya kelainan genetik karena tidak tumbuh sayap di punggungnya (lagipula memang ada yang pernah liat malaikat punya sayap, itu kan cuma khayalan manusia dan penggambaran mitologi Yunani).

Ya, sesungguhnya dia manusia biasa, tanpa kelebihan luar biasa dan banyak kekurangan.
Dia tak cemerlang dan tak rupawan begitulah kata Dee lewat syairnya.
Yang membuat dia berbeda adalah ketulusannya.
Ketulusan itu di hati.

Dia memiliki ketulusan seorang malaikat saat menyampaikan wahyu dari Tuhan untuk berbuat kebaikan di muka bumi.
Dia memiliki ketulusan seorang malaikat menjaga dengan setia meski kadang selalu dihadapkan pada keburukan manusia dan dunia.

Kemuliaan hati seseorang karena kepribadiannya.
Dia tidak hanya sekedar berkata hal indah, tapi juga bisa membuktikan bahwa keindahan itu benar-benar terlihat dan terasa indah.

Dia bukan memamerkan apa yang dia punya, tapi membagikan kebahagian dengan apa yang dia miliki.
Dia mengajarkan bukan satu atau dua orang, tapi ke semua orang bahwa kebahagian itu sederhana.
Sesederhana saat kau mengucapkan terima kasih,
Sesederhana saat kau tersenyum,
Sesederhana saat kau tertawa,
Sesederhana saat kau melihat kehadiran orang tersayang.

Dia hadir untuk menebar kebahagian ke semua orang, namun hanya orang-orang tertentu saja yang bisa merasakannya.

Ya, dialah malaikat tak bersayap, dia ada di sekitar kita, memberi senyuman dengan apa yang dia bisa dan miliki, bukan dengan kesempurnaannya namun dengan sejuta kekurangan dan kelemahannya.