Entri Populer

Senin, 08 April 2013

INI TENTANG CINTA


Cinta itu misteri. Hidup itu drama. Hidup ini pesakitan bagi kita yang menjalaninya dan lelucon bagi yang menyaksikannya. Terbahak kita menonton drama orang lain, tapi terhina kita melakoni drama ini.
Cinta, menguji kita dalam drama ini. Cinta, bumbu termanis sekaligus terpahit dalam drama ini. Cinta, malaikat sekaligus iblis dalam drama ini.

Cinta, mencoba merasuk jiwa sang lakon, memberi setetes indah. Ia menghadirkan senyum, menggetarkan melodi detak jantung, tubuh pun bersinergi dengan semua organ vital di dalamnya. Oksigen menyergap tiap aliran darah, selaksa berdiri di padang rumput tanpa ujung, aroma wangi bunga membius sang lakon pada harapan “masih ada sang surya yang setia”.
Lalu sang lakon berceloteh merdu, “Aku bisa melangkah seringan ini, cinta”;
“Cinta, membuatku lebih bahagia”;
“Cinta, kau membuatku lebih bermakna”;
“Cinta, kau bagian dari hidup, jiwa, dan hatiku”; dan… cinta oh cinta.
Tiba-tiba HATI menjadi organ yang paling ekstra bekerja melebihi OTAK. Cinta melumpuhkan logika, percayalah itu benar adanya. Karena cinta lebih tahu dimana titik kelemahan si sang lakon.

Cinta tidak jahat. Cinta tidak pernah memilih sang lakon. Justru sang lakon lah yang secara tidak sadar membawa cinta di dalam dirinya.
Cinta menjadi jahat kala ia membutakan sang lakon. Ia menjadi jahat kala HATI lebih berkuasa ketimbang OTAK. Ia menjadi jahat kala setetes indah itu telah menjadi ketakutan. Detak jantung tak lagi seirama, sesak menyergap tiap sela pembuluh darah, dan tubuh pun tak lagi bersinergi satu sama lain selaksa berdiri di padang pasir tandus tanpa ujung, aroma bangkai dan hawa panas menyadarkan sang lakon pada kenyataan “masihkah ada sang surya?”.
Lalu sang lakon berceloteh bingung, “Mengapa langkahku menjadi tertatih?!”;
“Mengapa kau membuatku sedih, cinta?!”;
“Dimana kau saat aku sekarat ini, cinta?!”; dan… cinta terdiam.
Nila setitik itu bereaksi menjadi pesakitan. Pesakitan itu pun mulai melumpuhkan HATI sang lakon.

Tapi, sekali lagi, cinta tidak jahat. Cinta pula menjadi penawar pesakitan itu. Sekali cinta merasuk tubuh, percayalah cinta tak kan pernah meninggalkan sang lakon. Cinta menjadi bagian jiwa drama sang lakon. Namun cinta sudah tertakdir memiliki siklus seperti itu, seperti drama, dan sang lakon tidak diberi kesempatan untuk tidak memilih cinta.

Drama ini benar-benar indah, walau sang lakon dalam pesakitan sekalipun. Aku, dan aku tidak pernah menyesal sedikit pun berada di drama ini. Sedikitpun aku tidak membenci cinta. Jujur aku tak ingin cinta hilang dari bagian dramaku ini. Drama ini membuatku mendapat peran utama sebagai sang lakon cinta. Bukan sebagai Cinderella yang menderita lalu bahagia, bukan serigala kerudung merah yang licik lalu kalah, tapi sebagai perempuan yang bahagia lalu bahagia.

Saat segala upaya telah dilalui, dijalani, dan dilakoni namun cinta membuatmu lelah, ikhlas-lah… biar Allah yang campur tangan, maka, itulah CINTA.

(ditulis 16 November 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar